Selasa, 17 Mei 2011

Abtraksi AHIMSA MOVEMENT SCHOOL

Kaderisasi adalah proses yang tidak boleh ditinggalkan sedikitpun untuk mewujudkan cita-cita yang dibangun dalam nilai-nilai dan produk-produk hukum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dalam semua tingkatan, tanpa terkecuali di level PMII Komisariat Ahimsa Unsiq. Humanisasi sebagai wahana memanusiakan dan pemberdayaan kader-kader pergerakan yang kualitas nalar pemikiranya dan gerakanya mulai luntur dari masa kemasa, entah system kaderisasinya yang kurang tepat ataupun ada problem-problem system tata social kebudayaan dan kebijakan yang berada dilingkungan kader.
Menjadi kenyataan yang harus di hadapi bersama maraknya problem kebangsaan, ataupun problem-problem yang sifatnya local tumbuh subur di masyarakat tanpa ada pengawalan dari pihak mahasiswa sementara sebagai agent social of change ?, apalagi kaum-kaum pergerakan dituntut meiliki kesadaran kritis dan kepedulian terhadap kondisi social kemasyarakatan. Bukan hanya tanpa bekal tetapi untuk itu semua harus ada bekal pengalaman dan pengetahuan yang masih dalam rel cita-cita agung bangsa Indonesia (pancasila dan UUD1945),maupun organisasi PMII (NDP, aswaja, dan AD/ART).
Sudah saat nya teriakan-teriakan dan kontribusi yang real dari nalar-nalar Kritis transformative idiologis kader mulai di gugah di bangunkan dari lelapnya diatas kasur-kasur globalisasi dan pragmatisme. Pemahaman akan sejarah yang menjadi landasan mengkonsep massa depan yang telah luntur oleh telikungan-telikungan hedonism,dan kapitalisme, serta di gerogoti oleh zaman. Kesadaran membangun kembali nalar-nalar berkesadaran sejarah yang telah melahirkan genarasi-generasi pemeneng sebagaimana jiwa-jiwa pemenang pada masa kejayaan nusantara. Tak diragukan lagi, untuk tidak menanggalkan sejarah besar bangsa ini, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki berkesadaran akan sejarah bangsanya. Pesan dari Ir. Soekarno ini mengandung pesan sacral bagi setiap masyarakat di Indonesia maupun bangsa lain. Sudah saatnya a-historis lenyap dari bumi pertiwi ini.
Satu hal yang strategis adalah di mulai dari system pendidikan baik dalam konteks bangsa dan Negara maupun dalam konteks kaderisasi di PMII sendiri. Banyak problem-problem dalam pendidikan kita yang belum terselesaikan yang telah membumi dan tak kunjung usai menuai pertentangan dan perlawanan dalam berbagai bentuk oleh pihak-pihak yang merasa di rugikan yang memiliki kepedulian terhadap kemajuan bangsa Indonesia Raya maupun pengamat-pengamat pendidikan. Penerapan sistem pendidikan yang belum bisa memanusiakan manusia (humanisasi), karena tidak bisa di nafikan bahwa pendidikan bukan hanya proses transformasi ilmu pengetahuan tetapi sebagai proses memanusiakan manusia (proses humanisasi) sehingga akan mengasilkan blue print dari pendidikan yang memiliki daya saing bermoral ke-Indonesia-an, berkesadaran multicultural, berkesadaran sejarah, berpengetahuan luas, religious dan kritis-transformatif.
Kader PMII dituntut memiliki Paradigma kritis, bukan paradigma magis yang meletakan segala sesuatunya karena kehendak Tuhan, ketimpangan social, ketidak adilan, kebodohan, kemiskinan dll, adalah merupakan karena takdir, manusia dan sistem tidak berpengaruh dalam semua problematika yang ada. Kemudian tidak layak kader PMII berparadigma naïf yang meletakan semua problematika pada factor pribadi manusia itu sendiri yang didasari semngat individualism dan kapitalisme sehingga yang ada hanya nilai-nilai ekonomi dan fisik yang di perhitungkan, ini sangat bertentangan dengan latar belakang masyarakat kita yang memiliki semangat kebersamaan (missal kegotong royongan, musyawarah-mufakat, dan lain-lain), religiusitas dan lain-lain. Tetapi sebagai agen perubahan social yang selalu menuntut akan adanya perubahan hanya paradigma Kritis yang palin tepat untk melandasi laku kita dalam hubungan dengan Sang Pencipta (Habluminallah), realitas hubungan kemasyarakan (habluminallah), maupun bagaimana menjaga keseimbangan alam (Habluminnal‘alam) sebagao mana terukir indah dan fasih dalam Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII.
Bangunan pengetahuan yang senantiasa harus di bangun terus-menerus menggerus samudra ilmu pengetahuan sebagai penguat laku kita, tidak akan datang begitu saja tetapi dengan satu proses dengan kata keseriusan dan keyakinan sebagaimana “Allah telah menjajikan derajat yang tinggi bagi orang yang berilmu”.
Buanglah keraguan dan kegamangan untuk berproses dengan sebenar-benarnya proses, tanpa menghilangkan sisi-sisi yang harus di lalui dalam proses kaderisasi. Bukan tujuan akhir yang menjadi prioritas tetapi bagaimana kita menjalani prose situ sendiri, yang bisa bertahan maka ia yang akan terpilih oleh zamanya.
Berlatar belakang dari semua problem diatas sahabat/I PMII Komisariat berusaha membuat suatu rumusan kaderisasi yang di kemas dalam suatu wadah pendidikan “AHIMSA SCHOOL MOVEMENT”. Dengan menerapkan konsep pembelajaran kritis bagi pesertanya. Semoga bisa menjadi motor penggerak semangat perjuangan dalam garis-garis ke-PMII-an sesuai dengan tantangan zaman yang semakin keras dan penuh misteri yang tak terduga.
Sekolah Pergerakan ini sebagai penguat intelektual kader, penguat nilai-nilai ke-PMII-an, dan kebangsaan, bukan hanya itu tapi yang terpenting adalah sebagai wahana dalam menyeberangi jembatan-jembatan perjuangan pergerakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar